Friday, May 23, 2014
wild geese that fly with the moon on their wings
Gara-gara lagi lelah terus iseng nyanyi-nyanyi gajelas ost the sound of music yang my favorite things, liriknya jadi terngiang-ngiang di otak(?).
Terus jadi iseng mikir, mikir tentang angsa. Padahal besok pagi mau ulangan matematika dan belum belajar. #siswiteladan #ok
akhirnya, keinget dulu pernah di kasih tau fakta-fakta yang super haru-able (??) Tentang migrasi angsa, dan akhirnya barusan googling, dan ketemu:)) /kebanyakandan
Terus pengen nulis di blog deh /okterus
Jadi, angsa itu keren bgt huaahhaha. Sebenernya yang keren yg nyiptain sih B) /ea/ tp ya keren lah.
Mereka itu kayak icon dari sebuah cinta, persahabatan dan keluarga /ea lagi/
karena, berasarkan penelitian mengenai mereka :
Mereka itu bermigrasi bersama kawanannya (istilahnya temen-temen atau keluarga besarnya lah budhe pakdhe eyang ponakan gitu /garing/), dalam formasi yang bentuknya huruf V yang biasa kita liat di langit2 gitu kalo pas ada /yaiya/.
Sebenernya formasi ini gak asal-asalan, jadi semua udah Allah atur jd kece:"3 /ea/
Angsa yang paling depan, adalah angsa yang paling kuat. Dia itu bantuin meringankan beban angsa-angsa di belakangnya dari angin yang kencang. Jadi nggak usah ngepakin sayap terlalu capek:")
Karena, kalau angsa terbang di depan angsa lainnya, otomatis si angsa yang di depan itu memberi dorongan lebih buat angsa di belakangnya, istilahnya membuka udara yang ada biar si angsa di belakangnya bs lewat.
Terus, kalau ada angsa yang sakit atau ketembak atau terkena suatu insiden dan jatuh, dua angsa lain bakal ninggalin formasi dan nemenin dia di bawah, sampai dia sehat dan bs terbang lagi, setelah itu mereka gabung kawanan lain buat nyusul temen2nya yg udh duluan. Well, mereka nggak mandang bulu (?) Lah siapa yang mau ikut.
Terus, kalo suka denger suara-suara mereka pas terbang, itu riset membuktikan /ea/ itu adalah suara2 angsa di barisan belakang, yang nyemangatin pemimpin formasinya, biar gak cepet capek:"3
Dan kalau emg udh capek, nanti dia mundur ke belakang dan di gantiin angsa lain.
Keren bgt gak sih huah!!!!!!:")))) /norak
Di quran ternyata juga di tulis, kalau kita di suruh untuk mengamati burung-burung di langit, karena ternyata mereka gak cuman terbang terus nelek sembarangan dr atas:"))))) subhanallah /oke /religius
Burung aja bisa kayak gitu, padahal mereka gak punya akal kayak kita. Lah kita yang punya akal aja, mau nganterin temennya ke kantin aja susah:") /aku /kadangmales /oke.
Jadiii kita harus seperti burung angsa bagi temen2 kita (?), jangan ngarep di burung angsa-in (???) Terus:") /noteformyself /okemelankolis
Sekian postingan gaje ini, semoga bermanfaat, wasalam.
Tuesday, May 20, 2014
Reisha /ea
MORNING BLOGGERs selamat hari kelulusan:"3333 mau pamer hari ini aku libur bwahahahhaahhahahahaha. gak tau sekolahku lagi baik bgt atau gmn tapi LIBUR men:") seneng bgt. dan mei emang banyak libur so yeah (?).
karena nggak ada ide buat posting curhat2 kayak dulu, dan emang nggak ada yang penting, aku mau ngepost cerpen aja ya.......... /eangepostcerpen /padahalgabisabuat
ini sebenernya cerpen yangterpaksa ku buat gara-gara ada tugas bahasa indonesia, disuruh membuat cerpen satu kelas (?)..... /failtatabahasa
tapi sebenernya aku suka buatnya sih XD soalnya seruuu bisa berkhayal2 nggak jelas gitu:)))
*monolog*
oke langsung aja ya, ini dia. jangan kaget. karena random.
karena nggak ada ide buat posting curhat2 kayak dulu, dan emang nggak ada yang penting, aku mau ngepost cerpen aja ya.......... /eangepostcerpen /padahalgabisabuat
ini sebenernya cerpen yang
tapi sebenernya aku suka buatnya sih XD soalnya seruuu bisa berkhayal2 nggak jelas gitu:)))
*monolog*
oke langsung aja ya, ini dia. jangan kaget. karena random.
REISHA –
oleh: Ratri Sekar W –
XA/23 (hazeg nomer absen /?)
Ini sudah H-7 menuju Ujian Nasional, dan hal pertama yang ku
fikirkan setelah bangun pagi ini adalah; perdebatan ku dengan orang tuaku
semalam, yang tidak mau mengantarku ke sekolah lagi setiap hari, atau bahkan
sudah lupa bahwa aku adalah anak mereka.
Well, mungkin tidak sedramatis itu, aku hanya
melebih-lebihkan nya sedikit dengan sewajar-wajarnya, atau mungkin tidak.
Orang tuaku baru saja mendapat tawaran proyek besar di
perusahaan mereka, yang dengan bijaknya mereka terima padahal anak semata
wayangnya 7 hari lagi akan melaksanakan Ujian Nasional, yang tidak lain menjadi
salah satu faktor penentu masa depannya. Alhasil, mereka mendeklarasikan bahwa
tidak akan bisa mengantar dan menjemputku ke dan di sekolah selama 1 bulan
kedepan. Dan dengan sangat rasionalnya menyuruhku untuk naik angkut sekolah
untuk pergi ke sekolah setiap harinya.
Sebagai anak yang terbiasa bangun siang dan di antar mobil
pribadi yang damai dan jauh dari jangkauan dunia luar, aku jelas tak bisa
menerimanya begitu saja, walaupun pada akhirnya —karena tidak mau jadi anak
durhaka —
terpaksa menuruti keinginan orang tua tercinta.
Aku mematikan alarm hapeku dengan sebal, lalu segera
mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi, masih dengan mata setengah tertutup.
Setelah selesai makan dan sikat gigi dengan tingkat ke ikhlasan 0,1%, aku
segera mengambil tas dan memakai sepatu, lalu berjalan kaki menuju halte angkut
sekolah, kendaraan luxurious baruku yang akan menemaniku 2 minggu kedepan.
Angkut sekolah adalah program pemerintah di kotaku, seperti
angkut-angkut biasanya, hanya saja angkut ini khusus untuk para pelajar dan
memiliki halte sendiri di setiap sudut kota. Betapa baik hatinya mereka
mengadakan program yang sangat membantu ini.
Setelah menunggu beberapa menit, angkut tumpanganku akhirnya
datang. Aku segera melangkah masuk dengan muka terlipat dan segera mencari
tempat duduk.
Mataku tertuju pada satu tempat duduk kosong di kursi dobel
deretan agak belakang, ku lihat seseorang seumuranku sudah duduk di salah
satunya.
“permisi, boleh duduk disini nggak?” kataku pelan, takut
mengganggu orang itu yang sepertinya sedang asyik melihat keluar jendela. Ia
seraya menoleh ke arahku dan tersenyum .
“boleh laah, sini duduk” jawabnya ramah. Aku pun segera
duduk dan membenarkan posisi tasku. Hening sejenak, ia tiba-tiba angkat bicara.
“baru pertama kali naik ya?” tanyanya ramah.
“hehe iya nih, kamu udah sering?” jawabku sambil balas
bertanya, basa-basi.
“pantesan baru liat sekarang, hmm iya lumayan juga, habis
nggak ada kendaraan” jawabnya lagi.
“ohh..” jawabku seadanya.
“hehe, kenalin ya, aku Reisha” ujarnya lagi lalu mengulurkan
tangannya.
“eh iya, aku Dea” jawabku seraya menjabat tangannya.
Percapakan kami pun berlangsung seru. Ternyata, Reisha
anaknya asik juga. Ia memiliki banyak topik untuk kami bicarakan berdua, yang
membebaskan ku dari kebosanan di angkutan ini. Ia juga sempat menanyakan rumah
dan sekolahku. Ternyata, kami memang seumuran. Ia juga kelas 12, sama
sepertiku.
Percakapan kami pun terputus ketika angkut berhenti di
sebuah sekolahan. Mungkin sekolahan Reisha. Ia segera pamit padaku lalu turun.
“ini sekolahmu Reis?” tanyaku ketika ia bersiap-siap turun.
“ini sekolahmu Reis?” tanyaku ketika ia bersiap-siap turun.
“iya Dey, duluan yaa” katanya sambil tersenyum. Aku
melambaikan tangan dari dalam angkut saat dia sudah berdiri di depan sekolahnya.
Aku melihat ke belakang, perlahan menjauh dari sekolahan
itu. Aku melihat Reisha tidak segera masuk kesana, mungkin menunggu teman.
Angkutan pun terus melaju, aku kembali sendirian dan fokus mengamati jalan di
depan.
****
Sudah hampir seminggu aku menjalani hari-hariku tiap pagi
dengan angkutan kesayangan, di temani Reisha yang selalu setia bercerita seru
denganku. Kadang-kadang saling curhat tentang sekolah, berbagi keluh kesah
sehari-hari, sampai belajar bareng materi-materi ujian nasional. Naik angkot
jadi tak seburuk yang ku bayangkan, bahkan lebih seru. Aku jadi lebih
bersemangat sekolah dan belajar karena Reisha dan cerita-cerita serunya, ia
memang pandai bercerita.
Hari ini adalah hari ke 5 sejak hari pertama aku naik angkot
sekolah, dan setelah hari minggu besok, senin nya aku dan semua anak kelas 12
di seluruh pelosok negri akan melaksanakan ujian nasional, termasuk Reisha.
Angkot yang ku tunggu sudah datang, aku segera masuk dan
mendapati Reisha sudah duduk di tempat biasa. Dengan riang gembira aku
menyapanya, tapi sepertinya hari ini ia sedang tidak enak badan, mukanya pucat
sekali.
“lu sakit Reis? Lesu amat” jawabku sok berlogat jakarta
dengannya, berusaha menghiburnya.
“iya nih, ga enak badan gue” jawabnya lesu, tapi tetap
tersenyum walau bibirnya sepucat salju.
“kebanyakan mikir UN sih, udah gak usah di pikirin, kamu
pasti bisa Reis, kan kamu pinter” seruku memberi semangat. Ia hanya terdiam
sambil tersenyum, sepertinya ia memang sedang tidak enak badan hari ini.
Di perjalanan, Reisha tetap setia mengobrol denganku seperti
biasanya, hanya saja hari ini dia yang lebih banyak mendengarkanku karena
sedang tidak enak badan.
Di tengah-tengah asyiknya ngobrol, seperti biasa angkutan
kami berhenti di depan sekolah Reisha. Dengan berat hati aku melepasnya pergi,
atau lebih tepatnya turun angkot dan masuk ke sekolahnya seperti apa yang
memang seharusnya ia lakukan.
“Dey, aku duluan yaa, semoga besok sukses UN nya. Jangan
lupa berdoa, jangan kangen aku ya” katanya sambil melambai ke arahku lalu turun
dari angkot. Aku balas lambaiannya, jangan kangen? Memangnya dia mau kemana?
Besok senin kan kita masih ketemu? batinku.
Keherananku terlupakan sejenak ketika melihatnya dari dalam
angkot yang semakin menjauh, ia masih saja tidak langsung masuk ke sekolah,
seperti menunggu seseorang. Mungkin tadi ia hanya bercanda. Angkot ku terus
melaju.
****
Hari penderitaanku tiba, hari pertama Ujian nasional. Hari
ini orangtuaku sedikit berbaik hati padaku dan menawarkan tumpangan ke sekolah,
karena ini adalah hari pertama anaknya akan menderita selama kurang lebih 3
hari. Aku menerimanya dengan senang hati, walaupun agak tidak enak pada Reisha
karena hari ini tak bisa menemaninya naik angkutan. Baru saja ku niatkan untuk
pamit pada Reisha selama satu hari lewat sms, tapi barusadar kalau selama ini
kita tidak pernah bertukar nomer hape. Jadi ku kurungkan niatku dan berharap
bahwa dia akan baik-baik saja.
****
Hari ini aku akan kembali menggunakan angkot sekolah.
Setelah kemarin berjuang dengan 2 mapel ujian nasional yang agak membuat ku
kehilangan nafsu makan, hari ini semangatku agak pulih mengingat aku akan
bertemu Reisha di angkot.
Angkutan ku segera tiba, aku bergegas naik dan menuju tempat
kami duduk biasanya. Ada yang berbeda, Reisha tidak ada disana.
****
Reisha juga tidak ada disana hari ini, hari terakhir ujian
nasional. Aku jadi teringat kata-kata terakhirnya saat kita terakhir kali
bertemu, mungkin, dia memang mau vakum naik angkot saat ujian nasional, seperti
aku pada hari pertama ujian nasional. Karena penasaran dan sedikit kawatir, aku
berniat mencarinya besok pagi, mumpung tidak ada kegiatan pagi yang harus ku
lakukan, dan aku bisa ke sekolah siangnya.
Setelah berpisah dengan teman-temanku di sekolah, aku
memutuskan untuk pulang naik angkutan, berhubung tukang ojek yang biasa
mengantarku pulang sedang ada job di tempat lain.
Setelah angkot tiba, aku segera menempati tempat duduk
langgananku seperti biasa. Aku bergeser ke tempat duduk Reisha di sebelahnya
yang kosong, mencoba merasakan kehadiran Reisha disana, yang memang mustahil
karena Reisha tidak ada lagi disana seperti hari-hari yang lalu.
Baru setengah perjalanan, aku merasa ada sesuatu yang ku
duduki. Ku raba dasar tempat duduk ku dengan tangan, ada sebuah kertas disana.
Aku mengambilnya lalu membolak-baliknya, sepertinya cuma
kertas kosong, mungkin seseorang malas membuangnya dan meninggalkannya disana.
Belum sempat aku melihatnya lebih jauh, kertas itu terjatuh dari tanganku.
Seseorang datang ketika aku berusaha mengambil kertasnya
yang terjatuh agak jauh di bawah bangku depan.
“boleh duduk disini nggak?” tanyanya ramah sambil tersenyum,
yang tentunya ku iyakan.
“boleh laah, silahkan duduk” jawabku mempersilahkannya duduk
di sebelahku. Aku memperhatikan anak itu sejenak, sepertinya aku kenal
seragamnya.
Tiba-tiba mataku tertuju pada lambang sekolah yang ada di
lengan kiri kemeja anak itu, itu kan lambang sekolahan Reisha? Batinku. Aku yang
tadinya bimbang langsung bersemangat, barangkali ia tau dimana Reisha. Ku
beranikan diri untuk bertanya.
“kamu dari SMA Bangsa ya?” tanyaku sekedar basa-basi,
“iyaa” jawabnya singkat,
“kok tadi naik nya disana? Kayaknya SMA Bangsa masih agak
jauh dari sini” tanyaku memastikan lagi, mengingat anak tadi memang tidak naik
dari depan SMA Bangsa.
“ohh iya, tadi aku dari sekolah mampir ke rumah temen dulu,
hehe jadi naiknya dari sana, ini mau langsung pulang” ia tersenyum, aku jadi
merasa agak sungkan, sepertinya aku terlalu kelewatan bertanya, aku hanya
mengangguk lalu diam sejenak.
Beberapa saat kemudian aku memberanikan diri bertanya lagi,
ini kesempatan yang tak boleh ku lewatkan kalau mau bertemu dengan Reisha lagi.
“eh, kamu kelas berapa? Aku punya temen namanya Reisha
disana, kamu kenal nggak?”, tanyaku hati-hati.
Ia tampak agak kaget, seketika raut wajahnya berubah. Apa
yang terjadi?
“maaf, kamu belum tau ya?” jawabnya dengan wajah sedih,
“tau apa?” tanyaku bingung,
“kamu yang sabar yaa.. Reisha meninggal sekitar 2 minggu
yang lalu, dia kena serangan jantung di angkot, kayaknya hari itu dia lagi drop
banget mikirin UN.. dia takut banget kalau nggak lulus, padahal dia pinter”
jawabnya lirih.
Aku shock. Meninggal? 2 minggu lalu? Bahkan seminggu lalu
aku baru berkenalan dengannya dan ngobrol selama seminggu penuh di angkot ini. Aku
masih tak percaya.
“astaghfirullah, Reisha? Kamu serius? Aku baru aja kenalan
sama dia seminggu lalu disini, kamu tadi bilang dia meninggal 2 minggu lalu?”
“ha? Apa aku salah orang? Tapi setauku di SMA bangsa Reisha
cuma 1, masa aku bohong kalau dia udah meninggal.. aku dateng ke pemakamannya
kok, kebetulan kami seangkatan” jawabnya lagi, dengan raut agak bingung.
Angkot tiba-tiba berhenti, ternyata orang di sebelahku yang
mengaku teman Reisha sudah sampai di tujuan. Ia segera berpamitan dan sekali
lagi menyampaikan maaf atas kepergian Reisha, aku hanya bisa diam dan
mengucapkan terimakasih padanya atas informasi yang samasekali tak bisa ku
cerna.
Aku terdiam sejenak setelah dia pergi, masih tak percaya apa
yang terjadi barusan. Mana yang benar?
Tiba-tiba, aku teringat kertas yang aku temukan dari tempat
duduk Reisha tadi. Dengan susah payah ku ambil kertas itu dari bawah bangku
depan. Aku membolak-baliknya lagi, dan ternyata disana terdapat pesan. Perlahan,
aku mulai membacanya.
Dey, mungkin kamu
sudah dengar semua tentang aku. Maaf ya, kalo bikin kamu takut. Makasih ya udah
mau nemenin aku selama seminggu ini, mungkin habis ini kita nggak bisa ketemu
lagi. Kamu tetep semangat yaa, maaf aku nggak pernah cerita apa-apa soal ini ke
kamu. Semoga hasil UN mu bagus dey, wakili aku yang nggak sempat ikut UN karena
kecerobohan ku sendiri – Reisha.
Aku mematung setelah membaca isi pesan misterius itu,
bersamaan dengan angkotku melintasi SMA Bangsa. Ku lihat Reisha masih menunggu
di depan sekolahnya yang sudah sepi, ia tersenyum dan melambai ke arahku dengan
wajah pucat pasi.
Sunday, May 18, 2014
Baby Step #edisigalau #bukan
posting ini di tulis beberapa menit sebelum ortu ngajak otw dan mungkin akan tersimpan di draft selama beberapa saat.
*ceritanya mau bikin setengah puisi setengah prosa*
Kau tau,
Daun yang jatuh memang tak pernah membenci angin
Tapi bagaimana dengan pohon?
Setelah Bagian dari hidupnya pergi, ia akan menggantinya dengan yang baru.
Apakah selamanya ia rela?.
semua otomatis terpacu, hukum alam. Daun itu sudah pergi, tak tergapai.
Kau tau,
Mungkin sudah saatnya, membiarkan angin membawa segalanya.
Dan menggantinya dengan yang baru, atau mungkin berdiam sejenak, menikmati kekosongan yang ada.
Kau tau, ku pikir kau sudah tau,
Tapi kau tak pernah mau tau
*ceritanya mau bikin setengah puisi setengah prosa*
Kau tau,
Daun yang jatuh memang tak pernah membenci angin
Tapi bagaimana dengan pohon?
Setelah Bagian dari hidupnya pergi, ia akan menggantinya dengan yang baru.
Apakah selamanya ia rela?.
semua otomatis terpacu, hukum alam. Daun itu sudah pergi, tak tergapai.
Kau tau,
Mungkin sudah saatnya, membiarkan angin membawa segalanya.
Dan menggantinya dengan yang baru, atau mungkin berdiam sejenak, menikmati kekosongan yang ada.
Kau tau, ku pikir kau sudah tau,
Tapi kau tak pernah mau tau
Sunday, May 11, 2014
In Parallel Universe, what whould i be?
jadi, tadi sore barusan buka grup femind tercinta dan ada project lagi! yang disertai dengan pertanyaan dari kak ins si empu Genderuwo.
sebagai anggota yang agak baiktapi gak aktif, saya bersemangat untuk menulis posting tentang ini:)) oke langsung saja!
sebelumnya, bagi yang masih nggak ngerti apa itu Parallel Universe atau Dimensi lain, bisa cek disini *nunjuk ke hati* *oke lagi ngetren*
"menurut kalian, jadi apasih kalian di Parallel Universe atau Dimensi lain?"
sebagai anggota yang agak baik
sebelumnya, bagi yang masih nggak ngerti apa itu Parallel Universe atau Dimensi lain, bisa cek disini *nunjuk ke hati* *oke lagi ngetren*
*oot*
nah, setelah kalian baca penjelasan yang ada di link di atas, insyaAllah kalian akan mengerti *ea*. sebenernya kalau dari diri sendiri, di bilang percaya, ya percaya aja:)) tp bukan sebagai sesuatu yang magic2 super gimana gimana (?), tapi emang sebagai ciptaan Allah yang sebenernya bisa di selidiki secara ilmiah /eeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeak.
tapi, karena di tanya menurut ku bakal jadi apa, ini jas for fan (?) aja ya, nggak serius-serius:)) karena kalo mau jawab "jadi diriku sendiri /tsah/" itu terlalu mainstream (?). oke udah abaikan.
jadi, kalau ada aku di Parallel Universe, mungkin aku bakal jadi makhluk ini
abaikan editannya.
deskripsi :
aku bakal jadi penyihir geek yang suka seni (seperti tertera lukisan di tembok /fail/), bingungan, dan punya sayap warna ijo entah kenapa.
oke ini ngaco:)))))))
*gomen kak ins*
kenapa menurut ku bakal jadi kayak gitu, karena gabungan dari beberapa kepribadian yang agak di lebih-lebihin dan itu orang di manganya cantik bgt :))) /okesip /expecttoomuch
sekian dari saya Wasalamualaikum wr, wb.! XD
Subscribe to:
Posts (Atom)